. post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

We Write our FICTION

kita bisa menjadi Aktor,sutradara,dan produser dalam cerita kita sendiri ^.^

Background

B A C K G R O U N D

Pages

Senin, 22 Juni 2015 waktu Senin, Juni 22, 2015 Posting by Rouge and Theo 2 Comments


Namaku Doni Hirata, umur 17 tahun kelas 2 SMA.
Pagi hari dan tidurku sudah di ganggu oleh seseorang yang mencoba menarik selimut yang aku kenakan.

"Mas Doni ayo bangun cepetan!!"

Itu adalah adiku, Rusti Winarni...

"Umm, lima menit...lima menit lagi ya.."

Dengan suara malas-malasan aku menjawabnya sambil menahan selimut yang menutupi tubuhku, kemudian aku menggunakan jurus andalanku 'Pura-pura tidur'  untuk membuat Rusti pergi...

"ZZZ...ZZZ"

"Tidur lagii?!! Mas bangun ih!!Kalo mas nggak mau bangun nanti aku cium."

Sambil mengatakan itu dia mendekatkan wajahnya...Gu! jurus andalanku di patahkan!!

"Tunggu!!, A,aku udah bangun!!"

Jika kalian melihat adegan ini mungkin kalin akan berpikir kalau hubungan kami terlalu aneh untuk saudara kandung, tapi memang seperti inilah pagiku yang biasanya.
Adiku Rusti selalu mengeluarkan candaan seperti itu setiap kali aku menolak untuk bangun.

"kalo Mas Doni nggak segera mandi nanti telat sekolahnya."

Menarik tanganku Rusti membawaku menuruni tangga.

"Paling nggak biarin Mas Doni ganti baju dulu dong..."

"Nggak!!.. mandi dulu baru ganti baju!! Kalo aku biarin Mas Doni balik ke kamar nanti paling tidur lagi."

Ugh dia benar.

"Hari ini Mas Doni nggak mau berangkat sekolah!!"

"Jangan manja gitu kenapa! Maskan yang jadi kakak di rumah ini kasih contoh yang baik buat adiknya dong!!"

"Tapi hari ini kan masih awal semester, paling ntar cuma piket doang."

"Trus Mas Doni mau bolos sekolah gitu?"

"Ah itu sih..."

"Ibuuu!! Mas Doni mo..HMMPP"

"Iya-iya Mas Doni berangkat!!"

Aku segera menutup mulut Rusti dengan telapak tanganku sebelum dia berteriak.
Jika ibu kami sampai dengar aku akan bolos dia pasti bakalan cerewet.

"Ehehe.. gitu dong, cepet mandi sono..."

Sambil senyum Rusti melepas lenganku..

"Ya,ya Mas kekamar bentar ambil anduk."

"Aku dah siapin baju ganti sama anduk di kamar mandi."

"Nggak! Mas mau yang ada di kamar."

"Mas...Ku cium nih! Muu..."

Lagi, Rusti mendekatkan wajahnya secra paksa! Oi!!

"Ok, Ok Mas ngerti Mas langsung kekamar mandi, kamu juga cepet ganti baju.

Ya karena Rusti masih memakai Piama setelah mandi.

"Oh?.. iya lupa.."

Mendengar perkatanku Rusti segera berlari kekamarnya.
Hmm, dia sangat manis.
Tapi kalian tahu semanis apapun seorang adik mereka nggak pernah bikin ada rasa apapun pada hati kita.
itu masih misteri, terkadang aku berpikir kenapa aku nggak bisa suka sama adikku sendiri? padahal kalau aku bisa sukq sama Rusti aku nggak bakal jadi jomblo seperti sekarang.
Nggak!! kalo aku beneran suka sama Rusti nanti malah jadi skandalkan!!
BTW lamanya aku ngejomblo udah sama seperti umurku sekarang.
Ah sudahla nasip muka pas-pasan...

Beberapa saat kemudian aku selesai mandi dan keluar dari kamar mandi.
Hmm, Rusti udah siapin baju seragam di tempat ganti pakaian.
Well. dia memang pengertian, sepertinya dia bisa jadi istri yang baik kalau udah nikah.
Menggumamkan itu lemudian aku menuju ruang makan setelah ganti pakai baju seragam.
dan di ruang tamu Rusti dan ibu kami sudah berada di sana.

"Oh Mas Doni udah selesai?"

"Yoo!"

Rusti segera menghampiriku pas aku berjalan ke kursi paling dekat denganku, dan dia menarik kursi itu agar aku bisa duduk kemudian mengambil piring sendok dan menyiapkanya di depanku.

"..."

Entah kenapa aku selalu terkejut dengan seberapa cekatanya dia.

"Wah Rusti, kamu benar-benar seperti seorang istri."

Itu adalah ibu kami yang berbicara, namanya Adellina Melati.
Meski aku bilang ibu, tapi dia terlihat hanya berbeda 4 sampai 5 tahun lebih tua dari kami.
Dan jujur saja , dia memang cantik.
Dia sering di kira kakak atau malah pacarku kalau kami belanja bareng, makanya aku kadang males kalau di ajak belanja sama ibu.

"Huee!!"

Dan Rusti, wajahnya langsung jadi merah pas dia dengar kata-kata ibu kami yang cantik.
Tunggu kenapa dia mencuri pandang padaku?

"Tapi Rusti, sebaiknya jangan terlalu memanjakan kakak nggak berguna semacam dia"

"Itu kasar banget tahu nggak..."

"Kalau kamu nggak terima makanya buat diri kamu berguna dong!"

"Setelah apa yang aku lakuin dan kamu bilang begitu?!"

"Oh begitu.. Ok pokoknya aku mau cerai!"

Jangan salah paham , mungkin percakapan kami memang aneh tapi memang seperti inilah cara keluarga kami bercanda.

"Kalian berdua tuh bisa berhenti nggak sih ngomong yang bisa bikin tetangga salah paham gitu."

 Dan seperti biasanya Rusti selalu memprotes keras pada cara aku dan ibu bercanda.

"Ah Ibu cuma bercanda kok. kamu tuh terlalu serius Rus"

"Ya,  kamu beneran nggak bisa di ajak bercanda ya..."

Mendengar jawaban kami Rusti menggembungkan pipinya sambil ngomong "Aku nggak mau di nasihati sama kalian!"

"Ngomong-ngomong ibu bakalan keluar kota selama 2 hari besok, jadi kalian berdua urus rumah ya"

"Hmm, ibu mo cari suami baru?"

"Doni , ibu bisa bunuh kamu pakai garpu ini lho..."

Menanggapi candaanku ibu mengarahkan garpu yang dia pegang.

"Haa.. benda begituan nggak bakal bisa menggores kulitku"

"Mas, kalo mas nggak bisa diem nanti mulutnya tak tutup pakai mulutku lho!"

"...!!"

Guh, lagi Rusti berhasil mengalahkanku! mendengar Rusti ngomong begitu aku langsung diam.
Jadi seperti itulah pagi hari di keluarga kami berlalu.

Beberapa saat setelah kami sarapan, dan sekarang aku dan Rusti sedang dalam perjalanan menuju sekolah.
Rusti masih SMP kelas 3 dan Aku udah SMA kelas 2, meski sekolah kami beda tapi jalurnya sama, lah kan cuma bersebrangan jalan sekolahnya.

"Mas ayo cepetan jalanya!"

"Iya,iya... Sabar dong, sekolahnya juga nggak bakal lari kan?"

Sebenarnya malah aku yang pengen segera lari pulang.

"Ah... Mas Doni mah gitu.."

Mau bagaimana lagi libur panjang baru saja selesai dan ini adalah hari pertama masuk sekolah.
Biasanya sih cuma bersih-bersih kelas sama halaman habis itu pulang, makanya aku agak males buat berangkat.

"Ah Mas Doni terimakasih udah di anterin, aku masuk dulu ya"

Setelah mengantar Rusti ke gedung SMP dan melambaikan tangan sambil melihatnya berlari memasuki gerbang aku segera membalikan badanku.
Yosh, kalau aku pulang sekarang Rusti nggak akan tahukan?.
Dan tepat saat aku memikirkan itu Rusti kembali muncul di depan gerbang.

"Mas, kalau Mas berani bolos aku bakal kasih Mas Doni sesuatu yang nggak bakal mas lupain"

"..."
Nah sekarng aku harus ngapain?
Di rumah ada ibu yang nggak bisa di ajak kompromi, aku nggak bakal bisa selamat!... Ok, sebaiknya aku segera berangkat sekolah.

***

Setelah sampai di sekolah aku menyadari kalau sekolah ini masih sepi.
Ternyata memang terlalu pagi ya?.
Berjalan memasuki gedung sekolah aku melihat beberapa murid yang berdiri di depan papan pengumuman.
Hmm, ada apa ya?

"Oh Doni?..."

Tiba-tiba seseorang memanggilku dari belakang saat aku menghampiri papan pengumuman..
Dan saat aku berbalik aku melihat seseorang berwajah cantik dengan banyak jepit rambut di jepitkan di rambutnya yang sepanjang leher, dia melambaikan tanganya padaku..
Menghampiriku dia tersenyum sambil menunjukan mata coklatnya yang berkilau seperti batu mulia.
Ngomong-ngomong dia itu cowok jadi jangan mikir aneh-aneh dulu ...Namanya Mikail Muria, panggilanya Miki.

"Yoo Miki..."

Melihatku,dia langsung berlari menghampiriku, menunjukan senyum manis yang tidak akan bisa dilupakan setelah lihat sekali.
Serius apa orang seperti ini pantas di sebut cowok?!!

"Doni, tumben jam segini udah berangkat?, Nggak,  biasanya kamu malah boloskan?"

"Umm, banyak hal udah terjadi dan sekarang aku harus berangkat"

mendengar jawabanku muncul tanda '?' di atas kepala Miki..

"Udah Nggak usah di pikirin, Oh, ngomong-ngomong kok di sana ada rame-rame ada apa ya?"

"Ummm... aku juga nggak tahu.. liat aja yuk."

Setelah mengatakan itu dia menarik tanganku dan berjalan menuju tempat itu.
Bentar, dia Cowok kan! tapi kok aku malah jadi deg-degan di gandeng sama Miki ya?...

"Uwah!!... ini pengumuman pembagian kelas."

"EEEHH!! Serius?!"

Apa yang Miki katakan membuatku kagett, dan untuk memastikannya aku mendekat pada papan pengumuman.

"Serius!!"

"Ah, sepertinya kita masih sekelas..."

Nggak, bukan itu masalahnya, biasanyakan nggak ada pembagian kelas seperti ini!
Setelah memastikan kelas dimana aku dimasukan aku langsung berlari ke kelas tersebut.
Dan Miki mengikutiku dari belakang.

"Do,Doni ada apa sih kok buru-buru"

"Aku harus segera menandai wilayahku!!"

"Haaahh?"

"Maksudku aku harus mendapat tempat duduk pada posisi yang sama seperti di kelas sebelumnya!"

"I,itu penting ya?"

"Tempat duduk itu menentukan hidup dan mati di kelas!!"

"Eh?"

Mengabaikan Miki yang memasang Ekspresi bingung aku terus berjalan menyusuri lorong.
Dan akhirnya aku sampai di kelasku yang baru.

"Ini dia, kelas 2 B..."

"Uwah, jangan cepet-cepet dong jalanya."

"Yes!! belom ada yang tempatin"

"Buuu, aku di kacangin!!"

Tempat duduk paling aman adalah tempat yang berada di tempat yang tak terlalu di belakang dan tidak terlalu berada depan, pokoknya tempat yang bisa bikin hawa kehadiran kita menjadi tipis dan lebih bagus lagi kalau ada jendela di sampingnya.
Yosh, dapat!

"Eh?"

Huh? ada yang duduk di belakang tempat duduk yang aku incar...
Siapa dia?
Sepertinya dia bukan dari kelasku yang dulu.
Hmm, dia memiliki rambut perak kebiruan dengan mata yang juga berwarna kebiruan seperti batu safir.
Kulit putihnya terlihat seperti sajlu, nggak, mungkin sedikit lebih pucat.
Yang pasti dia benar-benar terlihat seperti peri.

"Uwah, itu Yunia Rizki."

"Eh?, kamu kenal?"

"Justru aku bakalan kaget kalau kamu nggak kenal, Don..."

Heh? tapi aku beneran nggak kenal.
Hmm apa karena aku lebih sering tidur di kelas pas istirahat ya?

"Doni, beneran deh, aku nggak bisa ngertiin kamu."

"...."

Maaf deh.

"Ngomong-ngomong kenapa penampilannya aneh banget?, dia suka cosplay? Hmm, alay juga ya?"

"Ahaha.. Gimana ya bilangnya.. sebenarnya itu asli..."

"...."

EHHH!!! Serius?!!!

"Lho Don mau kemana?!"

Setelah mendengar kalau penampilan cewek itu asli aku langsung mendatanginya.
Serius ada orang yang punya penampilan peri seperti itu?
Dan dengan begitu aku sudah berada di depanya sekarang.
Ugh, aku nggak tahu harus ngomong apa!!

"..."

"Ngapain kamu lihat-lihat?!"

"Ah, nggak aku cuma pengen tahu aja, apa penampilan kamu tuh beneran asli?"

"..."

Dan tepat setelah aku bilang begitu dia langsung memasang wajah tajam.
Ugh? aku bikin dia marah?!

"Iya ini asli, memangnya kenapa?!!"

Dia membentakku?!!

"Heh, aku tanyanya baik-baik kok kamu sewot banget sih?"

"Lah, nanti juga akhirnya kamu cuma mo ngolok-olok kan?!"

"Hah?!! ngapain juga aku ngolok-olok?!"

"Udah jelas karena penampilanku seperti ini?!"

Mengatakan itu dia berdiri sambil menggebrak mejanya.

"Kamu cuma pengen liat aku, abis itu kamu juga bakalan jijik liat akukan?!!"

"Nggak.. aku..."

"Apa!!!"

"Maaf..."

Sejak awal tiba-tiba menghampirinya terus bilang kalo aku pengen lihat dia dari dekat itu juga udah nggak sopankan, jadi kalo dia marah seperti ini memang wajar.
Toh aku juga yang salah di sini.

"..."

"Kamu nggak perlu minta maaf...Soalnya sesuatu seperti aku memang wajar di anggap menjijikkan"

sambil mengatakan itu dia kembali duduk di kursinya.

"....."

'Sesuatu seperti aku' dia bilang?
Dia bilang hal seperti itu seolah dia menghukum dirinya sendiri.
Aku beneran nggak ngerti deh, padahal dia cantik banget.

*Blussh*

Eh? kok mukanya tiba-tiba jadi merah?!!

2 Responses so far.

  1. Kok pada dihapus sih ceritanya?
    Tapi yg ini jangan dong penasaran soalnya
    Ceweknya bisa baca pikiran kayak kotoura-san? (kalau pernah nonton animenya)

  2. g d hapus kok cm saya masukin draft.. saya pengen bikin dari awal di mana ceritanya g campur campur... cerita yg ini masih saya lanjutin buat ngilangin kejenuhan nulis ceritanya si Nicho.. kotoura san? belum liat animenya >,<...

Posting Komentar

    About Me

    Foto Saya
    Rouge and Theo
    its our team,Rouge and Theo Its our dream to make Fiction Hope you enjoy
    Lihat profil lengkapku

    Followers